Kenapa Sabtu Malam Bisa Berasa Bukan Untuk Semua (Informasi yang Gak Serius Banget, Tapi Berguna)
Sabtu malam. Untuk banyak orang: waktunya pesta, kencan, atau setidaknya nongkrong bareng teman. Untuk sebagian lainnya: waktunya menghadap dinding sambil makan mie instan dan scroll timeline tanpa tujuan. Aku termasuk yang kedua. Bukan karena anti-sosial, tapi karena ada banyak hal kecil yang bikin Sabtu malam terasa… berat.
Secara budaya, khususnya di kalangan perempuan, Sabtu malam sering dikaitkan dengan ekspektasi. Ekspektasi tampil cantik, bahagia, aktif bersosialisasi, punya pasangan atau setidaknya punya cerita seru untuk di-post. Ketika realita nggak sesuai, rasa kurang itu datang. Dan rasa kurang ini, meski sepele, berkaitan langsung dengan kesehatan mental. Rasa malu, takut dihakimi, atau merasa “ketinggalan” itu nyata dan melelahkan.
Hal-hal Receh yang Sebenarnya Ngaruh (Santai, Tapi Penting)
Kita sering remehkan hal-hal kecil: undangan yang ditolak karena capek, chat yang tak dibalas, foto-foto bahagia yang memenuhi feed. Tapi hal-hal itu menumpuk. Emosi tuh kayak dompet. Satu dua koin hilang nggak terasa, tapi lama-lama kantong bolong.
Budaya wanita seringkali menuntut dualitas: harus lembut tapi kuat, harus peduli tapi nggak over, harus tampil rapi tapi tetap alami. Kontradiksi ini bikin capek. Sabtu malam jadi momen refleksi. Ada yang merasa bersalah karena memilih istirahat. Ada juga yang merasa bersalah karena memilih pergi padahal butuh waktu sendiri. Itu dilema klasik.
Jangan salah — istirahat bukan kebiasaan malas. Istirahat adalah strategi bertahan hidup. Kalau kamu ngeluh capek di hari yang katanya “paling seru”, itu bukan tanda kelemahan. Itu alarm supaya kamu nggak keburu-buru burnout.
Curcol: Drama Sabtu Malam Versi Superhero yang Lelah (Nyeleneh, tapi relate)
Pernah nggak kamu bayangin kalau perasaan kita itu superhero? Di siang hari kamu Wonder Woman, sigap, multitasking, bisa meeting, masak, dan balas chat. Malam Sabtu, pajangan pahlawan itu diturunkan. Kostum dilempar ke pojokan. Ada pertemuan superhero tertutup: “Ma, malam ini aku absen jadi pahlawan.”
Lucu ya? Tapi di baliknya ada kenyataan: tubuh dan pikiran minta napas. Kita lupa kalau superhero juga manusia. Bahkan Superman pun butuh kopi dan tidur siang. Kita gak perlu malu bilang, “Aku butuh jeda.”
Ngomong-ngomong soal jeda, aku beberapa kali ketemu tulisan dan cerita perempuan yang mulai memilih malamnya sendiri. Ada yang belajar merayakan kesendirian. Ada yang pakai Sabtu malam buat merajut benang, menulis, atau sekadar menonton serial lawas sambil makan cemilan. Bisa juga ngobrol sama sahabat lewat telepon sampai kecil-kecil tertawa. Intinya: sabtu itu bisa diisi tanpa kebisingan publik.
Praktik Kecil yang Bekerja (Tips dari orang yang sering memilih di rumah)
Kalau kamu mau coba perubahan kecil, ini beberapa hal yang pernah aku praktekkan dan terasa membantu: atur batasan undangan—boleh bilang “aku mampir sebentar” atau “aku pilih tidur malam ini”; siapkan rutinitas jelang malam: mandi hangat, playlist calm, atau baca satu bab buku; kasih jeda di media sosial—mute story orang selama beberapa jam. Simpel, tapi berpengaruh.
Selain itu, penting juga ngomong ke orang terdekat soal perasaanmu. Kadang kita takut merepotkan. Padahal cerita, sekecil apapun, bisa bikin beban terasa enteng. Aku pernah share ke sahabat, dan responnya? “Yah, jadinya nonton bareng aja lewat video call.” Ternyata solusi simpel sering paling manjur.
Penutup: Santai Aja, Semua Berproses
Budaya wanita dan tekanan sosial memang kompleks. Sabtu malam hanyalah satu contoh kecil bagaimana ekspektasi bisa memengaruhi kesehatan mental. Kalau kamu lagi ngerasa nggak cocok sama label “pesta” itu, nggak apa-apa. Kamu nggak sendirian. Kita lagi belajar, satu Sabtu malam demi satu Sabtu malam.
Kalau mau baca pengalaman orang lain yang agak mirip-mirip sama curhatku ini, aku pernah nemu beberapa tulisan menarik — salah satunya di inidhita. Kadang bacaan kayak gitu bikin kita merasa lebih dimengerti.
Jadi, kopi lagi? Aku masih di sini. Sabtu malam bisa jadi sakral. Bukan karena harus seru. Tapi karena kita memberi ruang untuk diri sendiri. Selamat memilih, teman.